Thursday, April 24, 2008
Bersama penjual minuman
Laporan Wawancara
Religiositas
Transkip
T : Pekerjaan ibu sehari-hari ?
J : kalau pagi mengurus anak
T : penghasilan ibu sehari-hari ?
J : allhamdullilah bisa untuk makan dan menyekolahkan anak dan juga bayar kontrakan
T : suka duka ibu berjualan minuman ?
J : sukanya enak, biaya kehidupan cukup, anak bisa sekolah.
Dukanya kalau diusir satpam.
T : di mana saja ibu berjualan minuman ?
J : di Senayan tiap hari / yang lagi ada keramaian aja
T : kapan saja ibu menjual minuman ?
J : senin sampai jumat jam 12.00 sampai 20.00. kalau sabtu-minggu dari jam 5.15 sampai jam 00.00
T : sudah berapa lama ibu berjualan ?
J : 10 tahun
T : ibu aslinya dari mana ?
J : orang tua dari Tegal tapi saya lahir di Jakarta
T : selain menjual minuman, apakah ibu ada usaha lain ?
J : menjual pulsa
T : penghasilan jual pulsa ?
J : satu hari 10 kepala, tiap kepala Rp 2.000,- jadi sehari Rp 20.000,- sebulan ya Rp600.000,-
T : tempat tinggal ibu ?
J : jalan kampung wiragana RT21 RW12 di dekat Senayan
T : pernah tidak dalam sehari tidak mendapat penghasilan sama sekali ?
J : kalau musim ujan, uang simpenan abis, jadi kadang saya ngojek payung supaya anak tetap bisa sekolah
T : jumlah anak ?
J : 7 anak. Yang pertama kelas 1 SMA, yang kedua kelas 2 SMP, yang ketiga,keempat dan kelima itu SD
T : adakah cita-cita ibu untuk menyekolahkan anak setinggi-tingginya ?
J : oh pasti, semua orang tua mengharapkan anaknya bisa sekolah tinggi
T : apa pekerjaan suami ibu ?
J : supir bajaj
T : apakah penghasilan mencukupi ?
J : ya lumayan, bisa untuk makan
T : menurut ibu terhadap tindakan pemerintah mengenai masalah ekonomi ?
J : tindakan pemerintah sudah ada. Hanya saja miskin itu tergantung dari orangnya, saya ga mau miskin caranya kita usaha. Orang miskin itu orang malas karena hanya menunggu bantuan dari pemerintah, tidak ada usahanya.
T : harapan ibu terhadap pemerintah ?
J : pemerintah bisa memberi lapangan pekerjaan. Supaya tidak ada pengangguran dengan cara orang yang kerja di kantor jangan dipecat, orang yang dagang jangan digusur kan kasian. Istilahnya tu sekarang yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.
T : rencana masa depan saat ibu sudah tua nanti ?
J : anak saya sukses menjadi orang.
Narasi
Ibu Erni seorang penjual minuman di kawasan Senayan. Ibu beranak 7 ini telah 10 tahun lamanya berjualan minuman. Tiap harinya, ia mampu mencukupi kebutuhan makan anak-anaknya dan juga sekolahnya. Selain itu, ia juga menjual pulsa di rumahnya. Penghasilan dari menjual pulsa ini pun mampu mencukupi kebutuhannya. Di samping itu, suaminya bekerja sebagai supir bajaj. Meski sibuk dengan pekerjaannya itu, Ibu Erni tetap mengutamakan keluarganya. Hal ini terbukti dari perkataannya kalau pagi ia mengurus anak-anaknya yang akan ke sekolah. Ibu Erni berangkat bekerja pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 20.00 pada hari Senin sampai Jumat. Sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu, ia bekerja mulai pukul 5.15 sampai pukul 00.00. Saat musim hujan, Ibu Erni kesulitan untuk mencari uang sehingga tabungannnya pun sering habis. Akhirnya ia memutuskan untuk mengojek payung supaya ia dan keluarganya bisa makan.
Mantan ustadzah ini pun mempunyai cita-cita agar anaknya sukses. Saat ditanya harapan kepada pemerintah mengenai masalah ekonomi, ibu kelahiran Jakarta ini mengatakan bahwa tindakan pemerintah sudah ada namun, masyarakat yang malas, hanya mau menunggu bantuan dari pemerintah saja. “Miskin itu tergantung dari orangnya” kata Ibu Erni. Harapan Ibu Erni kepada pemerintah adalah pemerintah dapat memberikan lapangan pekerjaan dan yang kerja di kantor jangan dipecat, yang berjualan pun jangan digusur karena mereka punya keluarga yang membutuhkan makanan.
Refleksi Wawancara
Dari hasil wawancara dengan Ibu Erni saya mendapatkan suatu pengalaman menarik dengan mendengar kisah perjuangan dari Ibu Erni. Ibu Erni adalah seorang ibu yang harus membiayai ketujuh anaknya, dan mempunyai seorang suami yang seorang sopir bajaj. Saya merasa sebagai seorang ibu yang bertanggung jawab, seorang istri yang bertanggung jawab dan seorang perempuan, Ibu Erni harus dengan gigih berjuang dalam kerasnya hidup ini.
Saya merasa jika saya harus menjalani kehidupan seperti Ibu Erni, mungkin saya tidak bisa seperti Ibu Erni yang begitu tabah dalam memperjuangkan hidup ini. Jika saya disuruh mendaftar wanita terkuat dalam hidup ini, saya pasti akan memasukkannya dalam 100 besar daftar wanita terkuat.
Ketika saya melihat kehidupan pribadi saya dan membandingkannya dengan kehidupan Ibu Erni saya merasa bahwa hidup ini adalah anugrah, nikmat dari Allah Yang Mahakuasa kepada umatnya. Oleh karena itu, sekehendaknya manusia tidak boleh menyia-nyiakan hidup ini dan mengakhirinya begitu saja. Saya harus bersyukur dengan pemberian dan nikmat Tuhan ini.
Untuk jangka panjang lebih jauh lagi saya akan lebih memperhatikan mereka – mereka yang kurang beruntung. Mungkin ketika saya sudah bekerja dan mempunyai banyak uang, saya ingin menjadi philanthrophist. Alangkah indahnya jika antar sesama manusia saling membantu. Alangkah indahnya juga jika semua rakyat miskin mau berjuang dengan gigih dan tidak hanya mau menunggu bantuan dari pemerintah saja.
Jika semua manusia mau bersyukur dan berjuang untuk dirinya sendiri dan orang – orang dikasihinya, saya percaya bahwa lambat laun jumlah penduduk yang miskin dan menderita akan semakin berkurang. Majulah Indonesia!
Oleh : Ria Mayacita (28)
Refleksi Wawancara
Dari hasil wawancara kepada Ibu Erni, saya mendapat banyak pelajaran. Di satu sisi perjuangan seorang wanita dalam mempertahankan hidup, di sisi lain perjuangan orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Dari pandangan tersebut saya merasa sebagai wanita, kita haruslah tegar. Karena kehidupann yang akan datang, kita tak akan tau nantinya. Hanya berserah kepada Tuhanlah yang mampu membuat kita kuat. Disamping wawancara tersebut, Ibu Erni berpesan bahwa hidup iu yang disyukuri nikmatnya jangan susahnya. Kalimat tersebutlah yang menancap di hati saya. Memang benarm jika kita mensyukuri nikmatnya, rasanya kuasa Tuhan begitu besar kepada kita. Kita tidak akan ingat lagi kesulitan yang kita hadapi, rasanya hiup itu sudah sangatlah indah.
Sedangkan dari pandangan perjuangan orang tua yang berusaha untuk menyekolahkan anaknya, saya mnjadi sadar bahwa perjuangan orang tua tidaklah mudah. Namun karena cintanya kepada kita, mereka mampu menepis segala kesulitan dan kelelahan yang dihadapi orang tua. Kita menjadi lebih menghargai orang tua dan berusaha menuruti segala permintaannya.
Beberapa menit berbincang dengan Ibu Erni, saya seperti mendapat pelajaran selama 5 tahun. Begitu banyak kalimat yang ia ucapkan, begitu dalam maknanya. Meski dengan 7 orang anak, ia tetap berusaha mencari uang sehingga mampu menyekolahkan mereka semua. Sungguh luar biasa perjuangan Ibu Erni ini. Hal ini memyadarkan kita untuk tidak menyia-nyiakan sekolah. Seberapa malasnya kita untuk sekolah, dengan mengingat perjuangan orang tua, maka rasa malas tersebut akan musnah seketika.
Dengan usaha, kita mampu mencapai cita-cita yang kita mampu meski kita rasa tidak mampu. Demikian refleksi dari saya.
Oleh : Riana Graharani (29)
dibuat oleh :
Ria Mayacita /28
Riana Graharani /29
X3
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment