Pada hari ini, tanggal 25 April 2008, kami mewawancarai seorang tukang sayur bernama Sigun. Pria setengah baya ini kami temui di komplek perumahan Taman Cikas, Bekasi. Setelah kami bingung berkeliling kota Bekasi yang panas dan luas, akhirnya kami menemukan seseorang yang tepat, yaitu Pak Sigun. Pertama kali kami melihat beliau, kami merasa dia adslah orang yang ramah dan ternyata benar anggapan kami tersebut. Pak Sigun adalah orang yang sangat rajin dan pekerja keras. Beliau telah memulai usahanya sebagai tukang sayur sejak tahun 1997 sampai sekarang (11 tahun). Pria yang berasal dari Pekalongan ini, mengatakan bahwa ia ke Jakarta untuk merantau untuk menghidupi keluarganya. Menurutnya kemiskinan adalah tidak punya apa-apa,kekurangan, seperti kekurangan makan, tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup. Kami pun iseng-iseng bertanya pada beliau, apa jadinya jika dia menjadi orang kaya. Beliau menjawab, "Jika saya menjadi orang kaya, saya akan beramal." Kami pun langsung terhenyak setelah mendengar jawaban itu. Biasanya, orang-orang jika ditanya seperti itu, maka mereka akan menjawab akan membeli mobil, rumah, dan lain-lain. Tapi berbeda dengan Pak Sigun. Hatinya begitu mulia. Penghasilannya setiap hari rata-rata Rp.30.000,00 (kalau untung). Kalau tidak untung, Pak Sigun hanya mendapat sesuai modal yang dikeluarkan. Setiap hari ia pergi ke pasar Kranji pada pukul 02.00. Kami pun kaget mendengarnya. Kami bingung ia bangun jam berapa jika ia harus pergi pagi-pagi seperti itu. tapi, wajahnya tidak memancarkan kelelahan sedikit pun. Ia berkeliling sejak pukul 06.00 sampai pukul 12.00. Banyak suka dukanya menjadi tukang sayur. Meski pun banyak dukanya, dia menjadi bahagia dengan kehidupannya sekarang ini. Sebelumnya, ia pernah menjadi tukang jahit di Grogol. Tapi, ia tidak merasa senang bekerja dibawah orang lain, akhirnya, dia memutuskan untuk bekerja sendiri sebagai tukang sayur.
Menurut kami, kemiskinan yang dialami oleh bapak Sigun ini adalah contoh kemiskinan struktural karena kemiskinan yang dialaminya bukan karena faktor dirinya yang malas ataupun karena bencana alam. Kemiskinan yang dialami oleh pak Sigun adalah kemiskinan yang disebabkan oleh keadaan ekonomi negara kita yang makin lama makin melemah saja.
Satu hal yang kami sangat kagumi dari Pak Sigun adalah, dia tetap bisa bersyukur meski pun keadaannya tidak sejahtera. Ia beranggapan bahwa harta bukan segalanya. Yang penting, adalah dia bisa membuat keluarganya bahagia.
Nicola Putri Djajadi/24/X3
Quamilla Raverla/26/X3
Menurut kami, kemiskinan yang dialami oleh bapak Sigun ini adalah contoh kemiskinan struktural karena kemiskinan yang dialaminya bukan karena faktor dirinya yang malas ataupun karena bencana alam. Kemiskinan yang dialami oleh pak Sigun adalah kemiskinan yang disebabkan oleh keadaan ekonomi negara kita yang makin lama makin melemah saja.
Satu hal yang kami sangat kagumi dari Pak Sigun adalah, dia tetap bisa bersyukur meski pun keadaannya tidak sejahtera. Ia beranggapan bahwa harta bukan segalanya. Yang penting, adalah dia bisa membuat keluarganya bahagia.
Nicola Putri Djajadi/24/X3
Quamilla Raverla/26/X3
No comments:
Post a Comment