Friday, April 25, 2008

Tugas Religiositas Maria Dan Jennifer

SEBUAH PERJUANGAN
by: Jennifer/11 dan Maria Tarisa/20

Indah adalah seorang baby sitter yang sudah bekerja selama kurang lebih 3 tahun, sejak dirinya lulus dari bangku SMP. Menginjak usianya yang kini baru 18 tahun, Indah bukanlah orang yang suka meratapi nasib. Walaupun hidup serba apa adanya, dan terkadang malah kekurangan, namun Indah selalu berjuang. Dia tidak pantang menyerah dan terus berusaha.


Indah bukan tipe orang yang suka menghamburkan uang untuk hal-hal yang tidak berguna. Ia lebih suka menabung uangnya di bank. “ Kan kalau ditabung nanti saya dapat bunga, jadi lebih banyak juga uang saya,” uajr Indah yang masih tinggal bersama dengan orang tuanya ini. Indah selalu menerapkan hidup hemat dalam kesehariannya. Daripada digunakan untuk membeli barang-barang yang tak perlu, lebih baik ditabung di bank, ungkap Indah.

Ketika kami tanyakan apakah penghasilannya cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, Indah berkata terkadang cukup, terkadang lebih, tapi lebih sering kurang. Indah menyampaikan kepada kami bahwa semuanya itu tergantung dari majikannya juga. Kalau majikannya memberi uang untuk dia jajan, dia tidak menggunakannya. Uang tersebut ia tabung, dan lama-lama pun jadi banyak, dan bisa diberikan kepada orang tuanya.

Walaupun sampai saat ini Indah masih hidup serba ngepas, namun dia tak pernah berhenti untuk berjuang. “ Saya selalu berusaha keras dan ebrjuang dalam menjalani hidup. Saya yakin suatu saat pasti saya bisa hidup bahagia,” ujar Indah kepada kami. Dari sinilah kami melihat betapa besar semangat Indah dalam menjalani hidup. Dan dari sini pula kita belajar untuk lebih memaknai hidup ini.

Jennifer, X3-11

Refleksi Oleh:

1. Jennifer /11


Refleksi Religiositas Mengenai Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang sering sekali ditemukan dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih banyak yang belum memiliki pekerjaan. Hampir di setiap lampu merah, pasti dijumpai pengamen, dari anak kecil hingga orang dewasa. Saya bertanya-tanya, mengapa mereka semua tidak berusaha untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi hanya mengemis belas kasihan orang lain untuk memberinya uang? Sebab setiap kesuksesan selalu dimulai dari usaha orang itu untuk mencapai kesuksesannya.

Saya cukup bingung ketika harus mewawancarai seseorang. Masalahnya dalah tidak ada orang yang saya kira cocok untuk diwawancarai, semuanya sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya, entah itu sebagai tukang mie ayam, entah sebagai penjual majalah. Akhirnya, saya menemukan seseorang yang sedang duduk, memakai seragam berwarna putih yang dipermanis dengan garis merah jambu. Ya, gadis itu adalah Indah, seorang babysitter.

Kesan saya setelah saya mewawancarai Indah adalah bahwa saya sangat terkesan dengan perjuangan yang dilakukan oleh Indah, padahal ia baru berumur 18 tahun. Bahkan, di usia seperti itu, seharusnya ia masih harus melanjutkan kuliah, tetapi apa mau dikata, kebutuhan materilnya belum cukup untuk melanjutkan pendidikan. Meskipun begitu, Indah tetap mempunyai suatu perjuangan yang patut dibanggakan. Setelah ia lulus SMP, Indah langsung bekerja sebagai babysitter untuk membantu kebutuhan keluarganya. Bisa dikatakan, Indah berperan sebagai tulang punggung keluarganya. Ia sangat berani untuk bekerja di Jakarta, yang pastinya merupakan kota yang sangat asing baginya. Apabila saya menjadi Indah, saya tidak berani untuk bekerja seperti Indah, merantau ke Jakarta, yang terkenal dengan banyaknya tindakan kriminal. Dan ternyata, wanita pada saat ini tidak kalah dengan pria. Wanita tidak hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus suami dan anaknya, tetapi wanita bisa memeperjuangkan haknya untuk bekerja.

Saya pun merasakan bahwa kehidupan saya ini jauh dari sempurna. Banyak sekali hal-hal yang saya lakukan yang menunjukkan bahwa saya tidak puas dengan kehidupan saya ini, padahal, saya memiliki keluarga dan teman-teman yang begitu mencintai saya, serta kehidupan yang tercukupi.

Dengan pengalaman ini, saya ingin menarik kesimpulan bahwa kehidupan setiap manusia tidak ada yang sempurna, pasti selalu ada suka dan duka. Setiap manusia diciptakan dengan kehidupan mereka masing-masing, baik itu kaya, miskin, sengsara, bahagia, dan sebagainya. Tetapi, yang pasti dan harus diingat adalah roda kehidupan terus berputar, kadang di atas, kadang di bawah, tidak ada kehidupan yang sempurna, dan Tuhan pasti memiliki rencana bagi setiap insan manusia di balik penderitaan umat-Nya. “Jangan berikan ikannya, tetapi berikan kailnya,” bahwa setiap orang harus berjuang untuk bahagia, bukan hanya mengemis belas kasihan orang lain. Dan mulai saat ini, saya berjanji untuk menerima segala sesuatu yang diberikan pada saya, entah itu baik ataupun buruk dan berusaha untuk menarik hikmah di balik semua ini; lebih mencintai kehidupan ini; saya juga ingin lebih dewasa dan menghargai orang-orang di luar kehidupan saya, bahwa mereka semua membutuhkan uluran tangan saya, tidak, tepatnya uluran tangan kita semua.

2. Maria Tarisa /20

I AM NOT A POOR PERSON
-reflection from heart to heart-

Sebuah kalimat yang terus saya ucapkan pada diri saya sendiri, ketika saya melihat ke sekeliling saya, I AM NOT A POOR PERSON. Saya bukanlah seorang yang miskin jika dibandingkan dengan mereka yang hidup serba kekurangan, tinggla di kolong jembatan, beratapkan tumpukan jerami yang setiap saat dapat terguncang bencana, entah itu badai maupun angin topan. Tapi mengapa saya selalu menganggap saya ini adalah orang miskin? Bukankah dibandingkan mereka, saya ini sebenarnya hidup sangat berkecukupan?

Miskin. Sebenarnya apakah arti dari kemiskinan itu sendiri? Adakah selama ini saya mengartikan kemisikinan dengan benar? Mungkin dalam benak saya miskin adalah tak punya uang, tak bisa membeli es krim, atau mungkin tak bisa shopping ke butik langganan. Tapi yang sebenarnya terjadi bahwa kemiskinan bukanlah itu semua. Kemiskinan tak sekedar tak punya uang untuk belanja. Kemiskinan lebih kompleks daripada itu. Dimana kalian benar-benar butuh perjuangan keras untuk menghadapi kehidupan dunia. Dimana kalian butuh sejuta keringat untuk membiayai kehidupan ini.

Akan tetapi, tak selamanya miskin itu hanya soal uang. Miskin bisa dalam banyak hal. Miskin harta, miskin iman, miskin teman, bahkan miskin cinta. Jadi tak semuanya melulu tentang uang. Ya walaupun memang kemiskinan itu dekat sekali dengan yang namanya uang. Orang miskin selalu dikatak hidup apa-apa serba kekurangan. Mau ini susah, mau itu susah. Ya, memang tidak salah sih, tapi tak selamanya begitu juga. Kalau orang miskin uang mungkin begitu kejadiannya. Tapi kalau orang miskin cinta ya beda lagi.

Saya kadang bertanya-tanya, kok ya orang miskin tuh sanggup hidup kayak begitu. Tunggang langgang, ndak ngerti harus apa. Tapi kok ya mereka msih aja betah hidup begitu. Kayak ndak oernah putus asa dalam menjalani kehidupan. Bahkan mereka lebih bersemangat dibanding orang berduit. Kan aneh, orang berduit ndak punya semangat dalam menjalani hidup, padahal semuanya serba cukup, tapi orang miskin selalu semangat, padahal semuanya serba kurang. Bahkan orang miskin yang tak punya apa-apa hidup lebih bahagia dibanding orang kaya. Barangkali orang miskin punya pandangan hidup ya hari ini. Pikirin aja dulu hidup untuk hari ini. Untuk hari selanjutnya ya nanti saja.

Saya sendiri kalau jadi orang susah seperti mereka, mungkin sudah dari dulu ambil jalan pintas. Mana tahan hidup dibawah terik matahari, tidur diterpa angin malam dingin. Dih, mending mati aja sekalian. Tapi bukan itu yang ada dalam pikiran mereka. Selagi masih ada kesempatan untuk hidup, ya jalani. Nikmati saja semuanya. Mau susah mau senang, jalani saja dengan senang hati, dan semuanya akan berlalu dengan baik. Mereka selalu punya harapan demi harapan dalam hidup. Dan tak sekedar harapan, mereka juga berusaha untuk itu.

Ini semua membuka hati saya. Kemana aja neng dari kemaren? Kok baru sekarang sadar kalo hidup ini tuh indah. Ya, saya sendiri heran. Kenapa saya baru menyadarinya sekarang. Ketika saya melihat begitu banyak orang diluar sana berjuang menjalani hidup, kok ya baru sadar sekarang kalau sebenarnya hidup ini indah. Tapi ya saya pikir daripada tidak menyadari sama sekali, ya mending saya sadar sekarang. Saya sadar betul perjuangan saya selama ini kalah dibanding perjuangan mereka. Mereka selalu bekerja keras tak kenal lelah. Tapi saya disini hanya malas-malasan. Mereka tak pernah meratapi nasib, tapi saya selalu meratapi nasib. Kok ya rasanya ironis sekali melihat mereka yang tak dilengkapi dengan kemampuan yang memadai tapi bisa berhasil dengan usaha dan harapan mereka, sementara kita yang semuanya terpenuhi dan memadai malah sering kali gagal.

Dari situ saya belajar untuk menjadi pribadi yang baru. Menjadi orang yang lebih menghargai hidup, dan tidak menyia-nyiakan apa yang saya punya. Sebab roda kehiduoan terus berputar, dan kita tak akan pernah tau kapan saatnya kita diatas, dan kapan saatnya kita dibawah. Yang bisa kita lakukan adalah terus berjuang dalam menjalani kehidupan ini. Dan selalu memberikan yang terbaik.

Sebagai penutup dari refleksi ini saya ingin menceritakan tentang sebuah kisah yang saya dengar beberapa waktu lalu di TV. Ada seorang ibu dan anak yang hidup serba kekurangan. Mereka harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Lalu sang anak bertanya pada Ibunya,” Bu kita ini miskin ya?” Namun si Ibu mengelus lembut rambut anaknya, dan berkata, “ Siapa yang bilang kita ini miskin Nak? Selagi kita masih punya cinta untuk dibagikan kepada sesama, kita tidaklah miskin.” Dari cerita ini saya juga ingin mengajak Anda sekalian untuk bercermin. Sebenarnya selagi kita masih punya sesuatu untuk dibagi kepada sesama kita, ya walau bukan materi, berarti kita tidak miskin. Jadi belajarlah untuk saling berbagi. Dan niscaya tidak akan ada orang miskin di dunia ini.



No comments: