Thursday, April 24, 2008

Tugas Religio--> Hasil wawancara dan refleksi



Tugas Religio
o/ : Maria Anasthasia (X3/17)
Maria Anindita (X3/18)



Hasil Wawancara

*Siapa nama Bapak?
Nama saya Darya Sudrajat
*Berapa umur Bapak sekarang?
Umur saya 58 tahun
*Apa pekerjaan Bapak sehari-hari?
Pedagang gorengan
*Sudah berapa lama Bapak berjualan?
38 tahun. Saya berjualan dari tahun 1970
*Sudah lama sekali ya pak. Berapa keuntungan Bapak tiap harinya?
Rp 50.000,-. Omzet Rp 350.000,00
*Kenapa memilih berjualan pisang goreng?
Dari kampung asal, sudah berdagang pisang goreng, jadi merantau ke Jakarta juga berdagang yang sama. Awalnya saya berjualan kue pancong dan kopi. Tetapi, digusur dan tidak ada kemajuan.
*Apakah penghasilan cukup untuk keluarga?
Cukup. Anak saya 4, dan perempuan semua dan ada yang sudah berkeluarga 2 orang. Kebutuhan mereka syukur dapat saya penuhi.
*Waktu kecil apakah Bapak punya impian?
Tidak, dari kecil saya tidak mempunyai impian apapun. Karena saya dulu tidak sekolah, jadi tak ada profesi yang didambakan. Kemampuan berjualan pisang goreng ini saja turun temurun dari keluarga. Semua keterampilan yang saya dapat, semuanya dari keluarga.
*Mengapa Bapak memilih berjualan di St. Ursula?
Karena orangnya baik-baik, tidak rese, disiplin, perhatian. Dan satu yang terpenting, komunitas ini aman.






Refleksi Religio o/: Maria Anasthasia (X3/17)

Menurut saya, dengan saya melihat kehidupan orang-orang yang lebih berkekurangan dari saya secara langsung terlebih mewawancarai mereka, saya jadi lebih tersadar bahwa Tuhan telah memberikan begitu banyak berkata kepada saya sehingga saya tidak harus hidup berkekurangan seperti mereka. Oleh sebab itu, saya merasa bersyukur sekali kepada Tuhan atas apa yang telah dilimpahkanNya kepada saya. Saya dapat bersekolah, memiliki berbagai macam talenta ketrampilan dan lain sebagainya yang mungkin tiak bisa didapatkan oleh semua orang. Maka saya juga ingin mengajak anda semua yang membaca ini untuk turut mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita karena kasih Tuhan kepada kita sungguh besar.
Slain itu, tentu saja, saya juga berharap dengan apa yang telah saya miliki sekarang, kiranya dapat membantu orang-orang tersebut agar dapat mendapatkan kehidupan yang lebih baik, walaupun mungkin secara tidak langsung. Misalnya dengan mendoakan mereka atau dengan membeli dagangan yang mereka jajakan sehingga turut menambah pendapatan mereka juga ‘kan.
Kemudian satu hal lagi, dengan melihat kehidupan mereka dari dekat, saya juga turut belajar bahwa hidup itu penuh perjuangan, kita harus pantang menyerah dan tidak mudah putus asa. Selain berusaha sendiri dengan kekuatan dan kemmapuan kita masing-masing, kekuatan dan kuasa Tuhan juga tidak boleh dilupakan. Mereka juga menyadari itu lho. Oleh sebab itu, sekali lagi, marilah kita bersyukur kepada Tuhan atas anugerahNya kepada kita.


Refleksi religio o/:Maria Anindita(X3/17)

Pada tugas religiositas kali ini, kami mendapat tugas untuk mewawancarai seorang pedagang atau orang yang bisa dikategorikan mengalami kemiskinan.
Kita tahu tingkat kemiskinan di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya.. Banyak orang di luar sana yang kurang beruntung. Saya menyadari saya harus bersyukur sebesar-besarnya pada Tuhan. Saya akan merasa sangat bersalah apabila saya terkadang mengeluh, kurang bersyukur, menganggap sesuatunya instan, padahal banyak orang yang masih berjuang di tengah kerasnya kehidupan. Untuk memperoleh kebutuhan pokok saja seperti sandang, pangan dan papan, mereka berjuang dengan kerasnya, dengan segala kemampuan yang mereka miliki untuk berjualan. Walau lelah, panas, hujan, semua itu tak mereka hiraukan. Yang mereka pikirkan hanyalah, bagaimana bisa mencukupi kebutuhan keluarga mereka supaya kehidupan mereka terpenuhi.
Saya sadar uluran tangan kita sangat membantu dengan membeli segala barang dan jasa yang mereka tawarkan dengan ikhlas dan usahakan jangan berhutang. Sebenarnya keuntungan yang mereka dapat itu tidak terlalu besar, tapi profesi itu mereka terus jalani, tak peduli berapa besarnya modal yang terpakai. Tapi yang pasti mereka melakukan semuanya itu secara halal dan penuh pengorbanan.
Itulah yang patut dicontoh. Kesederhanaan dan keterbatasan dalam hidup menjadi suatu semangat hidup. Beberapa di antara mereka mungkin tidak merasakan mengenyam pendidikan yang sebenarnya sangat perlu untuk bekal hidup. Padahal saya yang merasakan pendidikan terkadang suka malas. Seharusnya saya mengembangkannya dengan baik. Sebenarnya ini juga bukan salah mereka. Negara ini juga kurang mampu membuat sumber daya yang ada terpakai merata oleh semua anggota negara. Masih ada yang belum tersentuh. Bencana alam dan tindakan korupsi dari pemimpin negara juga mempbuat negara menjadi miskin. Kesejahteraan orang yang tidak mampu kurang diberdayakan.
Jadi sebagai makhluk yang diberikan baik adanya oleh Tuhan, sudah sepatutnyalah saya bersyukur. Jangan mengeluh, jangan mudah menyerah menghadapi cobaan. Karena masih banyak orang yang tidak seberuntung kita.

No comments: