Monday, April 28, 2008

Evelyn(19)_Michelle_(23)_Tukang_sapu_kompleks_pulomas

Seorang ibu bernama Sopia, ibu berusia 37 tahun yang bekerja sebagai buruh cuci dan tukang sapu di komplek pulomas yang digaji oleh bapak RT. Ia berasal dari Wonosobo, dulu kesini masih belum bersuami. Lalu dia ditawarkan dan disuruh orang tuanya untuk kerja ke kota agar mendapat pekerjaan yang layak. Dia tadinya tidak mau. “Wong saya ga tau kota Jakarta kayak apa, kalo saya diculik bagaimana? Kan brabe jadinya. Tapi saya nurut aja. Saya pasrah pas sampe di kota.”, ujarnya.

Ketika ia keluar dari stasiun kota, ia bertemu oleh teman dekat nya dulu ketika masih duduk di SMP. Lalu ia menceritakan, kalau dia bingung mau cari kerja apa di Jakarta, katanya susah cari kerja di Jakarta kota metropolitan ini. Temannya mengenalkannya pada seseorang yang membutuhkan tenaga kerja di komplek perumahan pulomas tapi gajinya kecil yang diberikan per hari dan bila dijumlahkan selama sebulan kira-kira sebesar Rp 155.500,-.

Awalnya ia sungkan menawarkan pekerjaan itu, takut Sopia tersinggung. Pekerjaan itu adalah menjadi tukang sapu. Tapi ternyata Sopia menerimanya dengan senang hati, justru ia berterima kasih kepada temannya itu, Lastri. Di tempat itu ia bertemu dengan jodohnya bernama Mulyono. Mereka menikah dan sekarang sudah dikaruniai 6 anak. Ongkos biaya hidup mereka berdua saja sudah pas-pasan dengan penghasilan Sopia dan suaminya. Ditambah lagi dengan 6 anak nya. Wah, sungguh tidak terbayangkan.

Akhirnya mereka berdua membuka usaha baru dengan modal pas-pasan. Suaminya merangkap menjadi tukang sayur. Dan iya membeli ember, papan cuci, detergen, dan kain putih yang ditulisi cat hitam “TERIMA JASA CUCI BAJU” sebagai modal awal usahanya. Banyak anak kos yang menggunakan jasa tersebut. Karena murah, jadi banyak peminatnya, penghasilannya pun lumayan bertambah. Anak nya pun akhirnya dapat disekolahkan di sekolah islam yang cukup murah. Ia mensyukuri dengan apa yang telah ia punya sekarang ini, dan atas semua jalan yang telah ditunjukkan olah Allah Yang Maha Kuasa sehingga ia dapat menjalani hidup ini dengan baik, mampunyai keluarga yang harmonis, saling menyayangi, dan saling mendukung.




Refleksi pribadi :
Oleh : Michelle Aryani X3/ 23 :


Saya pikir, Bu Sopia adalah seorang wanita yang hebat dan patut dikagumi. Mengapa? Karena Bu Sopia, walaupun mendapat pekerjaan sebagai tukang sapu, ia tetap menerima pekerjaan tersebut dengan senang hati dan tidak mengeluh, bahkan sampai bertemu pasangan hidupnya. Ia sangat rendah hati. Saya rasa ada beberapa hal yang patut saya sendiri contoh dan teladani, yaitu pertama, keteguhan hatinya yang menerima keadaan hidupnya apa adanya dan ia tidak mengeluh tetapi tetap menjalaninya dengan senang hati. Kedua, adalah bahwa ia mensyukuri apa yang ia punya sekarang ini dan tidak menuntut lebih dari apa yang ia punyai.
Bu Sopia tidak memandang rendah pekerjaannya sendiri walaupun ia mendapat pekerjaan sebagai tukang sapu. Ia bahkan melakukannya dengan senang hati. Ini membuat saya sadar dengan perilaku saya. Bu Sopia bisa membuka usaha cuci baju bersama suaminya, walaupun modalnya pas-pasan. Suaminya sebagai tukang sayur, dan dengan pekerjaan-pekerjaan itu mereka bisa menghidupi keenam anaknya. Sungguh hebat! Saya benar-benar bersyukur bisa mendapat tugas ini. Karena dengan mewawancarai Bu Sopia, saya menjadi tahu dan sadar, bahwa saya juga harus menerima diri saya sendiri apa adanya.
Saya benar-benar kagum dengan Bu Sopia, karena saya sendiri ataupun kalian juga, pasti pernah berpikir dan iri pada apa yang dipunyai oleh orang lain, sedangkan kita tidak mempunyainya. Kemudian, kalian maupun saya sendiri, pasti pernah punya pikiran bahwa hidup saya ini tidak adil, mengapa saya begini, sedangkan teman saya begitu, sehingga saya menyalahkan Tuhan, karena ia tidak adil. Seharusnya, saya harus sadar akan hal itu, bahwa saya tidak boleh menyalahkan Tuhan, dan menerima apa adanya, seperti kata alkitab, apabila kita menerima keadaan dan kehidupan kita ala sekadarnya, maka kita akan mendapat lebih dari yang kita kira, sedangkan bila kita tidak mau menerima diri kita ataupun kehidupan kita apa adanya, maka kita tidak akan memperoleh lebih dari yang kita mau.




Oleh : Maria Evelyn X3 / 19

Setelah saya mewawancara Ibu Sopia. Saya sangat salut padanya. Karena ia sangat menghargai karunia yang telah Tuhan limpahkan kepadanya. Ia sangat ramah dan mensyukuri anugerah Tuhan yang ada pada dirinya sekarang ini. Suami yang baik, anak-anak yang menyayangi, menghormati, dan patuh padanya, dan hati nya yang tulus mencintai orang-orang disekitarnya. Walaupun kondisi ekonomi nya pas-pasan, tetapi ia tetap bersemangat dalam mencari nafkah. Ibu dari enam anak ini mau bekerja keras dan pantang menyerah demi kesejahteraan kelurga serta untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ia, suami, dan anak-anaknya. Sopia tidak memandang rendah pekerjaan yang gaji nya kecil, seperti tukang sapu. Tetapi pekerjaan itu merupakan berkah baginya karena menyelamatkan dirinya dari kebingungan dan ketidakpastian sejarah hidup nya di kota metropolitan ini. Banyak orang terjerumus melakukan pekerjaan yang tidak halal, seperti : menjadi PSK, menjadi penipu, pencuri atau lain sebagainya. Tidak dengan dirinya. Ia tidak menghiraukan pekerjaan apa yang akan ia kerjakan, asalkan itu tidak menyimpang dari ajaran agama dan dapat membantunya untuk memenuhi kebutuhan yang harus ia penuhi. Sekarang ini sudah jarang orang yang hatinya baik seperti beliau. Ia tahu terimakasih kepada teman yang menawarkan pekerjaan kepadanya. Betapa hebat ibu ini, Super mama tidak hanya ada di televisi, melainkan ini adalah super mama keluarga. Betapa beruntung nya saya dapat bercakap-cakap orang seperti beliau. Orang yang kaya akan kasih sayang. Dan dapat meyakinkan saya bahwa memang benar-benar ada orang yang kerja keras seperti bu Sopia. Untung saja saya diberikan tugas ini. Dengan mengerjakan tugas ini, selain saya menjadi lebih membuka diri, saya jadi lebih dapat memahami dan lebih mensyukuri keadaan saya sekarang ini. Dimana orang tua saya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, saya dapat bersekolah di sekolah yang bagus. Kadang kala saya merasa iri pada orang yang menurut saya perfect. Kok bisa ya ada orang yang sudah pintar, berkecukupan, cantik, manis, tapi kok tetap rendah hati? Namun rasa iri itu tidak membuat saya jadi ingin membuatnya tidak baik lagi. Tetapi dia dapat dijadikan sebagai contoh konkret dan panutan bagi diri saya. Dari ibu Sopia, saya juga dapat memetik pelajaran bahwa kita tidak boleh sok tahu akan segala sesuatu di depan kita. Tapi harus mau mendengarkan anjuran orang tua, karena mungkin itulah jalan hidup kita untuk dapat lebih baik lagi dari kondisi sekarang ini. Karena, who knows? Semua takdir dan nasib Tuhan yang mengatur, namun kita sebagai umat manusia tidak boleh pasrah begitu saja. Kita harus mengusahakan takdir tersebut dapat menjadi sesuatu yang bermakna dan dapat menjadi pengalaman menarik yang dapat menjadi teladan dan kisah menarik bagi orang lain, seperti : anak-anak, serta cucu kita di masa datang.

No comments: