I. Tanya jawab
*Saya mewawancari seorang tukang koran(bukan agency koran) yang biasa menjual koran di Terminal Trans Halim, Cililitan Jakarta Timur. Berikut hasil petikan wawancara saya dengan Bapak yang sering dipanggil oleh Pak Tua ini.
Sebenarnya, nama asli Bapak siapa?
Nama asli saya sudah lupa.. Ya saya hanya tahu bahwa nama saya adalah Pak Tua
Bapak sudah berapa tahun bekerja?
Sekitar 15 tahun saya disini.
Bapak berasal dari mana?
Usia Bapak sekarang?
Di keluarga saya, tidak tahu yang namanya umur. Ibu saya sudah meninggal, dan saya 9 bersaudara, semuanya laki-laki. Tetapi, sekarang yang masih hidup hanya saya dan kakak nomor 8. Jadi ya bagaimana ya, sudah tua sekali saya. Yang saya ingat hanya itu.
Sekarang bapak tinggal dimana?
Di kelapa gadingIII saya tinggal sama keponakan.
Bapak berangkat jam berapa?
sebagai seorang Islam ya saya berangkat sebelum subuh supaya bisa sholat di masjid. Lalu setelah itu saya mengambil koran yang mau dijual di tukang koran yang lebih besar. Kalau sudah dibeli orang, ya saya balik lagi mengambil koran untuk persediaan. Jadi sebenarnya pekerjaan saya hanya menunggu pembeli. Tanpa saya punya sendiri barang koran itu.
Berapa penghasilan bapak sehari?
Kalau ditanya penghasilan, jujur saya malu ya. Tidak sampai belasan ribu rupiah. Untuk modal, saya tidak punya. Bahkan sering hutang. Orang-orang kadang suka mengambil koran tapi tidak bayar. Mereka sering tidak peduli. Memang sih saya berdagang tiap hari, tapi pendapatan saya sering merosot. Bukannya saya tidak mau bialng ya dek, tapi saya malu. Kadanag ada auang, kadang tidak ada sama sekali.
Kadang saya mengambil korang dulu, kalau sudah laku baru bayar. Bagaimana yang untuk tidak laku? Ya berarrti saya tidak dapat untung. Makanya saya suka menghutang untuk membeli koran yang mau dijual lagi.
Suka duka manjadi tukang koran?
Saya pernah diejek,dihina, diremehkan, bahkan diusir. Bukannya saya menjelek-jelekkan ya,. Tapi itu betul-betul saya alami. Pertamanya mungkin saya sakit hati, tapi lama-lama saya sudah biasa dan tidak terganggu.
Bapak sering ke masjid ya ?
Ya, Supaya tidak buang2 waktu sebagai seorang islam.
Bagaimana jika Bapak makan?
Ya kadang-kadang saya dibantu keponakan saya yang di kelapa Gading III itu. Karena suaminya bekerja. Biasaya saya bawa nasi bungkus dari rumah. Lalu saya bawa dan disisakan sampai makan siang.
Apakah bapak merasa senang atau puas bekerja sebagai tukang koran?
Senang? Ya beginilah.Kalau ditanya puas, apanya yang puas? Kalau Tuhan memberikan, saya percaya Tuhan akan memberikan yang terbaik. Rejeki juga semua di tangan Tuhan, Tuhan yang mengatur. Saya sih percaya itu saja ya dek. Terserah orang-orang mau bilang saya apa, tapi saya biarkan saja. Saya tahu ada Tuhan yang mengatur semuanya
Baik pak. Terimakasih banyak
Ya sama-sama dek.
2. REFLEKSI
Dari hasil wawancara saya dengan Pak Tua tadi, saya mendapatkan hal positif yang berguna bagi hidup saya. Hal ini membuat saya tersadar. Bagaimanakah sikap saya selama ini terhadap semua yang sudah saya miliki? Apakah saya mensyukurinya? Jujur, kadang saya kurang mensyukuri, bahkan lupa mensyukuri semua hikmat yang sudah terjadi kepada saya. Saya hanya mensyukuri hal-hal yang baik yang terjadi dengan saya. Selebihnya, jika saya mendapat kesulitan, barulah saya merengek-rengek kepada Tuhan dan minta diberikan keselamatan. Setelah mendapat keselamatan, saya bersyukur hanya sebentar. Dan kembali ke rutinitas biasa yang super sibuk dan keberadaan Tuhan hampir terlupakan.
Tapi,dari kehidupan Pak Tua ini saya melihat, bahwa segala sesuatu yang kita perbuat, yang terjadi dengan kita adalah rencana Tuhan. Tuhan telah mengatur semuanya. Tuhan tahu mana yang terbaik untuk diri saya. Jika itu yang terpahit untuk saya, maka itulah yang terindah untuk Tuhan. Tuhan tahu, Tuhan melihat, dan Tuhan bekerja dengan kuasa-Nya. Manusia memang harus merasakan rasa sakit dari pikulan salib yang berat, tapi apda akhirnya nanti dia pasti akan merasakan kehidupan yang kekal, indah yang dinantikan semua orang. Seperti Pak tua tadi, meskipun dia harus hidup dengan pendapatan yang bisa dibilang tidak layak, tapi dia selalu percaya bahwa itulah rencana Tuhan. “Semua sudah diatur oleh Tuhan”, begitu katanya. Dengan berkata seperti itu, maka dia menyerahkan seluruhnya kepada Tuhan.
Selain itu, di setiap masalah kita, seberat apapun salib yang harus kita jalani, kita harus mengingat Tuhan ada dimanapun dan kapanpun. Seperti Pak Tua, yang selalu menyempatkan untuk sholat 5 waktu di masjid. Dengan seperti itu, saya tersadar, bahwa dengan makin dekat diri kita dengan Tuhan beban yang kita hadapi akan semakin ringan. Seperti sabda Yesus, “Barangsiapa yang berbeban berat, jikalau datang kepadaku, maka bebannya akan diringankan” Setiap orang harus menyerahkan semua perasaan, semua pengalaman, semua yang ada pada dirinya kepada Tuhan. Sehingga apapun yang akan ia lakukan, maka ia lakukan itu dengan sepenuh hatinya, dengan segenap jiwanya meskipun harus dengan rasa sakit yang sangat dalam. Meskipun Pak Tua harus dihina, direndahkan, bahkan diusir, tapi dia tetap bertahan bahkan berhasil untuk menghilangkan perasaan sakit hati dengan tetap terus berdoa kepada Tuhan.
Meskipun Pak Tua adalah seorang yang miskin, tapi dia tetap menyerahkan apa yang dia punya kepada Tuhan. Dia tetap hidup dalam kesederhanaannya sebagian orang kecil. Hal ini menyadarkan saya, sesungguhnya kita semua adalah kecil dimata Tuhan. Tidak ada yang kedudukannya tinggi di mata Tuhan. Kita tidak punya apa-apa dibandingkan dengan kuasa Tuhan yang sangat hebat. Maka dari itu, kita perlu menyerahkan semua yang terdapat dalam diri kita kepada Tuhan, karena semua yang terjadi dengan kita adalah rencana indah-Nya.
Mulai saat ini saya akan berusaha untuk tetap meluangkan waktu saya untuk Tuhan. Karena, Tuhan sang pengatur, sang pencipta segalanya, sang penguasa segalaNya. Tak ada sesuatu yang mustahil bagiNya.
Laurensia Irma Saraswati
X3-14
No comments:
Post a Comment